Oleh:
Badrul Tamam

Allah menjadikan jihad Fi
Sabilillah dengan harta dan jiwa sebagai harga yang pantas untuk
memperoleh surga. Karena tidak ada amal yang lebih membutuhkan kesungguhan dan
pengorbanan besar melebihi jihad.
Di mana seorang mujahid menyerahkan nyawa dan
hartanya demi tingginya kalimat Allah dan tegak agama-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ
وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain)
daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan
itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 111)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ
أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ () تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ
وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () يَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ () وَأُخْرَى
تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang
yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang
lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni
dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga
Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang
kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya).
Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS.
Al-Shaff: 10-13)
Menjawab pertanyaan
Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhuperihal amal yang memasukkannya
ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menyampaikan kepadanya puncak amal Islam, yakni jihad
fi sabilillah.
رَأسُ الأمْرِ الإسلامُ ، وعَمُودُه
الصَّلاةُ ، وذِرْوَةُ سَنامِهِ الجهاد
"Pokok urusan
adalah Islam, tiangnya itu shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad."
(HR. Al-Tirmidzi)
Dalam redaksi lainnya,
Muadz bin Jabal mengatakan, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallampada perang Tabuk, lalu beliau bersabda: "Jika kamu
mau akan kuberitahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiangnya, dan
puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja mau wahai Rasulullah."
Beliau bersabda, "Adapun pokok urusan adalah Islam. Sementara tiangnya
adalah shalah. Sedangkan puncaknya adalah jihad."
Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam menyerupakan Islam dengan seekor unta. Karena unta
merupakan kendaraan yang bisa menghantarkan seseorang ke tempat yang dikehendakinya.
Begitu juga Islam, ia menghantarkan seorang muslim dalam perjalanan duniawi
kepada tempat yang terindah yang ditujunya, yakni surga. Lalu beliauShallallahu
'Alaihi Wasallam menyerupakan kepala unta dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat. Dan hampir setiap orang memungkinkan untuk mengucapkan dua
kalimat syahadat sebagaimana seseorang bisa mencapai kepala unta dengan
memegang atau melihatnya. Hal ini berbeda dengan jihad yang diserupakan dengan
punuk unta, bagian tertinggi darinya. Tidak setiap orang bisa sampai kepadanya
kecuali orang yang tinggi. Begitu juga jihad tidak direngkuh kecuali oleh orang
mukmin yang utama.
Makna lain
diserupakannya jihad dengan punuk unta, karena ia adalah bagian tertinggi dari
unta. Tak ada anggota badan unta yang sepadan tingginya dengan punuknya. Begitu
juga jihad, tak ada amal dalam Islam yang sepadan dengannya.
Bisa juga dipahami,
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallammenyerupakan jihad dengan punuk
unta karena siapa yang sampai di atas punuk unta maka ia telah menguasai seluruh
anggota tubuh unta tersebut dan mengendalikannya. Begitu juga jihad, siapa yang
telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan
kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang
mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan
lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya. Sehingga
tepatlah jawaban Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada
seseorang yang bertanya kepadanya perihal amal yang bisa menandingi jihad,
"Aku tidak mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah radliyallaahu
'anhu berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallamdan berkata, ‘Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku satu amal
yang menyamai jihad?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak mendapatkannya.’ Beliau
bersabda lagi, ‘Apakah kamu sanggup, apabila seorang mujahid keluar lalu kamu
masuk ke dalam masjidmu kemudian kamu shalat tanpa berhenti dan berpuasa tanpa
berbuka?! Ia menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu wahai Rasulallah?’"
(HR. al-Bukhari)
Dalam riwayat Muslim,
dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai
Rasulullah, Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi
Sabilillah?” beliau menjawab, "Kalian tidak akan sanggup
mengerjakannya."
Mereka (para sahabat)
mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan jawaban beliau
atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup
mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ
صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan
seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang
mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak
berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah
Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
. . . Siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah
telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini
dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya,
perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap
gerakannya.
Subhanallah!! Para
sahabat bertanya kepada RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam tentang
suatu amal yang bisa menyamai/menyerupai jihad dalam pahalanya. Lalu beliauShallallahu
'Alaihi Wasallam menjawab, bahwa kalian tak akan sanggup mengerjakan
amal yang menyamai jihad. Merasa tidak puas, mereka mengulangi pertanyaan tadi.
NabiShallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab dengan jawaban yang sama.
Lalu beliau menerangkan alasannya, bahwa perumpamaan seseorang yang sedang
berjihad itu seperti orang yang beribadah kepada Allah; ia puasa di siang
harinya dan tak pernah berbuka, berdiri shalat pada malam harinya tanpa capek
dan melemah. Sehingga dari sini para sahabatRadhiyallahu 'Anhum tahu,
kenapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada
mereka: "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnu al-Hajar rahimahullah berkata
dalam mengomentari hadits di atas, "Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallammenyerupakan kondisi orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang
tak berhenti barang sesaat dari beribadah sehingga pahalanya terus mengalir.
Begitu juga seorang mujahid tidak menyia-nyiakan dari waktunya tanpa
pahala." (Dinukil dari Fath al-Baari)
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam Syarh
Muslim berkata, "Makna al-Qanith di sini adalah al-Muthi' (orang
yang taat). Dan dalam hadits ini diterangkan agungnya keutamaan jihad. Karena
shalat, puasa, dan membaca ayat-ayat Allah adalah amal-amal yang paling utama.
Dan beliau menjadikan seorang mujahid seperti orang yang tak terputus sebentar
saja dari semua itu. Dan sudah maklum, tak seorangpun yang mampu melakukannya.
Oleh karenanya RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnul Hajar rahimahullah berkata
lagi, "Ini merupakan keutamaan nyata bagi seorang mujahid Fi
Sabilillah yang menuntut tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam
Islam) yang menandingi jihad." (Fathul Baari: 6/7)
Al-Qadhi 'Iyadh rahimahullah berkata:
hadits bab ini menerangkan keagungan urusan jihad, karena puasa dan selainnya
yang telah disebutkan sebagai bagian dari Fadhail A'mal telah
disamai oleh jihad sehingga semua keadaan seorang mujahid dan aktifitasnya yang
mubah menyamai pahala orang yang semangat dalam shalat dan lainnya. Oleh karenanya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:Laa
Tastathii'u Dzalika (kalian tidak akan sanggup
mengerjakannya)." (Dinukil adri Fath al-Baari: VI/5)
. . . tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad
. . .
Bagaimana keutamaan ini
tidak direngkuh oleh mujahid, padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan
kondisinya sepertri orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang setiap saat
mengalir pahalanya dalam setiap gerakan dan diamnya. Wallahu Ta'ala A'lam.
dikutip dari: http://www.voa-islam.com
Categories:
Jihad fi Sabilillah,
Semua Entri
go ahead pkdhe :)